Artikel 1.
Daphnia
Posted: June 14, 2011 by admin in PerikananTags: budidaya kutu air, daphnia, kultur kutu air, kutu air, pakan ikan, pakan larva
Daphnia atau yang lebih populer dengan nama kutu air, merupakan hewan renik sejenis udang yang banyak terdapat pada perairan tawar, sebenarnya kutu air hanya sebuah sebutan saja untuk daphnia ini, karena tidak menimbulkan rasa gatal – gatal di kulit, dan fungsi daphnia ini sebagai penyaring kotoran di perairan umum, oleh karena ukurannya yang sangat kecil, maka oleh para pembudidaya ikan biasa digunakan sebagai pakan anak ikan yang baru menetas dan memasuki stadium larva, karena disamping ukurannya yang kecil, juga karena kandungan proteinnya yang tinggi, dimana protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva ikan.
Kelemahan dari pakan alami ini kalau mengambil langsung dari alam terkadang masih membawa bibit penyakit dari perairan umum yang bisa menyerang larva ikan, dan bisa mengakibatkan kematian masal, ada baiknya jika ingin memberikan daphnia untuk pakan larva maupun indukan dicuci terlebih dahulu, dengan cara saring daphnia yang di dapat dari alam dengan kain bersih, buang air sisanya dan masukkan kain yang berisi daphnia tadi ke dalam air bersih, karantina 1 hari dulu baru bisa diberikan kepada larva maupun ikan yang di pelihara, cara pemberiannya dapat menggunakan saringan teh, ambil daphnia dari tempat karantina dan berikan secukupnya.
Kalau ingin lebih aman lagi bisa dicoba untuk mengkulturkanya sendiri, alat dan bahan yang diperlukan berupa, jerami atau batang pisang yang sudah kering, pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering, air tawar, aerator dan selang aerator, bibit kutu air yang bisa didapat dari tempat penjual pakan ikan maupun dicari sendiri di kolam, atau sawah yang masih ada airnya, dan tentu saja pengkulturan di perlukan wadah sebagai media utama, dapat berupa, ember plastik, bak fiber, dan kolam semen.
Caranya isi wadah yang di tentukan dengan air tawar secukupnya, masukkan pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan kurang lebih 2 cm, tunggu hingga mengendap di dasar, lalu masukkan potongan jerami atau batang pisang yang sudah kering, pilih salah satu, hidupkan aerator dan aerasi media sampai air berwarna kekuningan, bisa memakan waktu kurang lebih 2 mingguan, kalau air sudah berwarna kekuningan masukkan bibit daphnia yang ingin dikultur, kurang lebih 1 sendok teh, dalam hal ini saya menggunakan bak fiber berukuran 1 x 2 m, dengan ketinggian air kurang lebih 12 cm, jika menggunakan wadah lain yang lebih kecil bisa dikurangi bibit daphnia yang akan dikulturkan, dan sesuaikan pula ketinggian air, setelah bibit daphnia dimasukkan, matikan aerasi, dan biarkan daphnia melakukan tugasnya yaitu menyaring air dan makan serta berkembang biak, wadah untuk media kultur bisa ditutup dengan triplek 1/2 bagian, tetapi kalau lingkungan media berada pada tempat yang teduh, bisa juga dibiarkan terbuka, tunggu hingga kurang lebih 15 hari, kalau tidak ada hal yang menjadi penghalang biasanya daphnia sudah beranak pinak, kalau berhasil dan ingin meneruskan rantai kultur, lakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah diencerkan ke dalam tempat atau wadah untuk kultur setiap 1 minggu sekali.
Kelemahan dari pakan alami ini kalau mengambil langsung dari alam terkadang masih membawa bibit penyakit dari perairan umum yang bisa menyerang larva ikan, dan bisa mengakibatkan kematian masal, ada baiknya jika ingin memberikan daphnia untuk pakan larva maupun indukan dicuci terlebih dahulu, dengan cara saring daphnia yang di dapat dari alam dengan kain bersih, buang air sisanya dan masukkan kain yang berisi daphnia tadi ke dalam air bersih, karantina 1 hari dulu baru bisa diberikan kepada larva maupun ikan yang di pelihara, cara pemberiannya dapat menggunakan saringan teh, ambil daphnia dari tempat karantina dan berikan secukupnya.
Kalau ingin lebih aman lagi bisa dicoba untuk mengkulturkanya sendiri, alat dan bahan yang diperlukan berupa, jerami atau batang pisang yang sudah kering, pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering, air tawar, aerator dan selang aerator, bibit kutu air yang bisa didapat dari tempat penjual pakan ikan maupun dicari sendiri di kolam, atau sawah yang masih ada airnya, dan tentu saja pengkulturan di perlukan wadah sebagai media utama, dapat berupa, ember plastik, bak fiber, dan kolam semen.
Caranya isi wadah yang di tentukan dengan air tawar secukupnya, masukkan pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan kurang lebih 2 cm, tunggu hingga mengendap di dasar, lalu masukkan potongan jerami atau batang pisang yang sudah kering, pilih salah satu, hidupkan aerator dan aerasi media sampai air berwarna kekuningan, bisa memakan waktu kurang lebih 2 mingguan, kalau air sudah berwarna kekuningan masukkan bibit daphnia yang ingin dikultur, kurang lebih 1 sendok teh, dalam hal ini saya menggunakan bak fiber berukuran 1 x 2 m, dengan ketinggian air kurang lebih 12 cm, jika menggunakan wadah lain yang lebih kecil bisa dikurangi bibit daphnia yang akan dikulturkan, dan sesuaikan pula ketinggian air, setelah bibit daphnia dimasukkan, matikan aerasi, dan biarkan daphnia melakukan tugasnya yaitu menyaring air dan makan serta berkembang biak, wadah untuk media kultur bisa ditutup dengan triplek 1/2 bagian, tetapi kalau lingkungan media berada pada tempat yang teduh, bisa juga dibiarkan terbuka, tunggu hingga kurang lebih 15 hari, kalau tidak ada hal yang menjadi penghalang biasanya daphnia sudah beranak pinak, kalau berhasil dan ingin meneruskan rantai kultur, lakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah diencerkan ke dalam tempat atau wadah untuk kultur setiap 1 minggu sekali.
0 komentar:
Posting Komentar