This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 06 Oktober 2011

BUDIDAYA PAKAN ALAMI KUTU AIR (DAPHNIA) DAN JENTIK NYAMUK

BUDIDAYA PAKAN ALAMI
UNTUK
BENIH IKAN AIR TAWAR
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
JAKARTA
2000
BUDIDAYA PAKAN ALAMI
UNTUK BENIH IKAN AIR
TAWAR
Penulis:
DARMANTO
DARTI SATYANI
ADHISA PUTRA
CHUMAIDI
MEI ROCHJAT D
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
JAKARTA
2000

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena berkat bimbingan dan
lindungan-Nya maka penulisan brosur ini dapat diselesaikan. Brosur ini memuat informasi
teknis tentang penyediaan pakan alami untuk benih ikan air tawar, baik ikan hias maupun
ikan konsumsi.
Brosur ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh IP2TP Jakarta
bersama petani di wilayah Ciganjur dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan, serta
penelitian pendahuluan di laboratorium Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar
(Inlitkanwar) Depok.
Kami menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran perbaikan dari
pembaca sangat kami harapkan.
Semoga brosur ini bermanfaat bagi para petani dan masyarakat penggemar ikan
pada umumnya.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN 1
II. PAKAN ALAMI 3
1. Moina 4
2. Daphnia 7
Ill. PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI 9
1. Infusoria 9
2. Moina dan Daphnia 12
IV PERHITUNGAN USAHA PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI 17
DAFTAR BACAAN 20
DAFTAR TABEL
Tabel I Kandungan Gin dan Kegunaan Pakan Alami .......................................................4
Tabel 2 Keadaan pH dan Jenis Infusoria Dominan pada Beberapa
Media Tumbuh Pakan Alami ................................................................................12
Tabel 3 Budidaya Moina yang Berkesinambungan ........................................................16
Tabel 4 Perhitungan Parsial Usahatani Ikan Mas Koki Tanpa dan
Dengan Budidaya Pakan Alami Sendiri (2 pasang, selama I bulan) .............18
Tabel 5 Perbandingan Budidaya Sendiri dengan Mencari Pakan di Alam...................19

I. PENDAHULUAN

Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta.
Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun
ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan
pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan
pekarangan.
Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost,
Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar,
Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan
alami/kutu air.
Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan,
karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru
menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang
sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke
benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian
pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat
kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60
- 70%.
Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikan
pakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenis
Infusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuran
mulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina, sedangkan pada tahap
akhir sampai ikan siap tebar bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan
hias maupun ikan konsumsi. Petani ikan di daerah Jakarta biasanya memenuhi kebutuhan
pakan alami dengan membeli Artemia maupun mencari jenis pakan lokal seperti Moina
dan Daphnia ke danau atau situ. Penggunaan pakan alami Artemia saat ini sangat tidak
ekonomis, karena selain pengadaannya sulit juga sangat mahal. Selain itu pengadaan
pakan dari alam tidak terjamin baik ketersediaan maupun kemurniannya. Pengambilan
pakan dari alam ini juga beresiko membawa bibit penyakit yang sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup benih ikan.
Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah
keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi sendiri
juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan. Penghematan waktu,
tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi pakan alami dilakukan dengan baik.
II. PAKAN ALAMI
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa
jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria
(Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp.
Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam
usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan
mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva
ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih
ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan
dan perkembangannya.
Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan
pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran
hewan kering yang ada di sekitar kita.
Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya
terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina
dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami
Jenis Kadar Kandungan Gizi (%)
Pakan Alami
Kadar air (%), Protein, Lemak, Serat Kasar, Abu, Kegunaan
Moina  90,60 37,38 13,29 11,00 Pakan benih umur 2-6 hari
Daphnia 94,78 42,65 8,00 2,58 4,00 Pakan benih umur 6-12 hari

1. Moina

Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini mempunyai
bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan berwarna kemerahan.
Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau
parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual
(melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu).
Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur
istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik
kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak
selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan
rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah
sekitar 13 hari.
Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam
dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina
akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C
dan pH antara 6,5 - 9.
Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk
menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang
menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.

2. Daphnia

Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak
terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang
alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua
disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya
merupakan alat tambahan pada bagian mulut.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara
sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan
menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga
menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan
yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi
perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau
epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.
Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang
waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata
sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu
menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau
danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara
6,5 - 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri,
fitoplankton dan detritus.
Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan
menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam
mulutnya.

Ill. PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI

1. Tujuan Produksi Pakan Alami :
·  Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang
usaha pembenihan ikan ekonomis penting.
·  Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil
budidaya secara massal.
·  Menekan pengeluaran biaya dan penggunaan tenaga serta waktu dalam
penyediaan pakan alarm.
·  Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam.
2. Produksi Massa Infusoria

A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain :
- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan)
- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah
pisang (gunakan salah satu media).
- Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.
- Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria
B. Pelaksanaan :
- Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter
- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang)
ke dalam ember sebanyak 250 - 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan
diikat.
- Tambahkan sekitar 2 - 3 gayung (1 - 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan
bibit Infusoria yang akan dibudidayakan
- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung
dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak
diinginkan.
- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk
atau hewan lain masuk ke dalamnya.
C. Pemanenan :
- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas
permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik
(puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5)
- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk
diberikan pada benih ikan.
- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan
benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar
yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan alami Infusoria hanya
berlangsung selama 2 - 3 hari.
Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan.
Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih
ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya
jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan
pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena
sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini
disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral
Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria.
Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan
derajat kehidupan benih menjadi 80 - 90%.

Tabel 2. Keadaan pH dan Jenis Infusoria dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan
Alami.
No Media PH Jenis Infusoria dominan
1 Kol/Sawi 7,0 Paramaecium sp. dan Euglena
2 Pepaya 5,5 Chlamydomonas sp. Dan Colpoda sp.
3 Pelepah Pisang 5,5 Paramaecium sp dan Euglena sp.
4 Daun Kipahit 7,0 Paramaecium sp. dan Euglena sp.
3. Produksi Massal Moina/Daphnia
A. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter.
- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing
1-1,5 kg/m3 air media).
- Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.
B. Pelaksanaan :
- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 - 80 cm, untuk
menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari
pengaruh langsung sinar matahari.
- Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis
masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada
budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
- Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke
dalam kolam budidaya.
- Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 - 4 ekor/10 ml
dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.

C. Pemanenan
- Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal,
sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan
setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 .
- Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan
pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada
budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu
setelah pemupukan awal .
Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus
menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2
dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya
kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai.
Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus,
mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200 - 400 gr/m3 air.
Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan
budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam
ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap hari mulai hari ke-21 selama tiga
minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari.

Budidaya sendiri Mencari di alam
1. Tenaga Tidak terlalu banyak di gunakan. Memerlukan banyak tenaga
2. Waktu Lebih singkat, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dalam perjalanan dan
pencarian pakan
3. Ongkos Relatif sedikit dan lebih efisien digunakan Setiap mencari harus keluar uang untuk
transportasi
4. Stok pakan Dapat tersedia sepanjang musim. Pada musim tertentu sangat sulit didapat
5. Persaingan Tidak ada persaingan dalam pengambilan pakan Harus berebut dengan petani ikan lain
6.Penyakit ikan Dapat dicegah dan dikontrol Mudah terserang penyakit yang dibawa dari alam

DAFTAR BACAAN
Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.
di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.
PD.1.3(2) : 17 -- 20
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan
Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Jakarta
Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17
- 24
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp
Wahyudi, NA and C. Lim. 1985. Effect of Feeding Rates on Growth and Survival of Giant
Gouramy Larvae. in Chorn Lim (eds) Fish ang feed Technology research in
Indonesia- RIFCA. Ministry of Agriculture Indonesia. P. 107 - 112

BUDIDAYA JENTIK NYAMUK

MINGGU, 10 APRIL 2011

JENTIK NYAMUK (Larva Nyamuk)

Jentik atau larva nyamuk ini biasa disebut pula dengan istilah cuk atau uget-uget(Jawa). Tubuh jentik nyamuk terlihat berulir dan berwarna kelabu kehitaman. Adapun panjang tubuhnya berkisar 10—25 mm. Siklus hidup jentik nyamuk sejak menetas hingga menjadi nyamuk dewasa sekitar 5—6 hari.
Terdapat beberapa jenis jentik nyamuk, tergantung jenis nyamuk induknya. Namun, secara umum jenis jentik nyamuk tersebut dapat dikonsumsi oleh ikan cupang. Jentik berumur 2—3 hari sangat cocok untuk cupang berumur 2—3 bulan. Adapun kandungan nutrisi yang terkandung dalam jentik nyamuk yaitu protein 15,58%; lemak 7,81%; serat 3,46%; dan abu 1,4%.
Pengambilan di alam
Pengambilan jentik nyamuk di alam dilakukan dengan menggunakan serok dari bahan kain kasa halus. Serok yang digunakan berbentuk kerucut berdiameter 15 cm dengan tinggi kain sekitar 30 cm.
Hasil penyerokan sebaiknya tidak langsung diberikan pada ikan. Hal tersebut disebabkan hasil tangkapan masih kotor dan di antara populasi cuk tersebut terdapat ulat kecil berwana kelabu atau hitam. Jika termakan, ulat kecil tersebut masih sulit dicerna oleh anakan ikan sehingga ikan akan sulit membuang kotorannya. Akibatnya, perut anak ikan akan membesar dan terserang penyakit perut kembung (hydrop’s). Penyakit ini sangat sulit diobati dan ikan yang terserang akan mati hanya dalam waktu satu minggu. Oleh sebab itu, jentik nyamuk harus dibersihkan dulu sebelum diberikan pada ikan.
Pembersihan larva nyamuk dapat dilakukan dengan cara berikut. Pertama, siapkan wadah berisi air yang sudah dibubuhi antibiotika berbahan aktif tetrametil para amino trifenil seperti Gold100 atau Blitz Icth. Berikan antibiotika tersebut dengan dosis satu tetes untuk 6—8 liter air. Tuang jentik nyamuk dalam serok berlubang lebih besar ke dalam wadah penampungan. Selain berfungsi untuk memisahkan jentik nyamuk dengan kotoran, perlakuan tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri icth yang mungkin terbawa bersama jentik nyamuk.
 
Teknik pengulturan

Pengulturan larva nyamuk paling mudah dilakukan karena dapat menggunakan wadah apa pun asalkan dapat menampung air. Untuk mengulturkan larva nyamuk sejumlah pakan untuk sepuluh ekor ikan cupang membutuhkan wadah berukuran minimal 50 cm x 50 cm. Media hidup larva nyamuk dapat menggunakan air limbah dapur bekas mencuci piring yang mengandung nasi atau sampah sisa sayuran. Namun, air limbah dapur tersebut hendaknya tidak mengandung banyak sabun dan minyak.

Adapun tahap pengulturan jentik nyamuk dilakukan sebagai berikut.

1)            Bersihkan dan saring air limbah dapur dengan serokan dan masukkan ke dalam wadah pengulturan.

2)            Letakkan wadah pengulturan tersebut di tempat teduh dan biarkan selama satu minggu hingga terlihat larva nyamuk di dalamnya.

3)            Panen larva nyamuk tersebut dengan serokan kecil berdiameter 10 cm yang terbuat dari kain perca (kain berlubang halus).

4)            Buang kepompong nyamuk jika jumlahnya di permukaan air sudah terlalu banyak.

5)            Tambahkan air limbah yang baru jika air media terlihat menyusut jumlahnya.

BUDIDAYA KUTU AIR ( DAPHNIA )


Artikel 1.


Daphnia

Posted: June 14, 2011 by admin in Perikanan
Tags: 
Daphnia atau yang lebih populer dengan nama kutu air, merupakan hewan renik sejenis udang yang banyak terdapat pada perairan tawar, sebenarnya kutu air hanya sebuah sebutan saja untuk daphnia ini, karena tidak menimbulkan rasa gatal – gatal di kulit, dan fungsi daphnia ini sebagai penyaring kotoran di perairan umum, oleh karena ukurannya yang sangat kecil, maka oleh para pembudidaya ikan biasa digunakan sebagai pakan anak ikan yang baru menetas dan memasuki stadium larva, karena disamping ukurannya yang kecil, juga karena kandungan proteinnya yang tinggi, dimana protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva ikan.
Kelemahan dari pakan alami ini kalau mengambil langsung dari alam terkadang masih membawa bibit penyakit dari perairan umum yang bisa menyerang larva ikan, dan bisa mengakibatkan kematian masal, ada baiknya jika ingin memberikan daphnia untuk pakan larva maupun indukan dicuci terlebih dahulu, dengan cara saring daphnia yang di dapat dari alam dengan kain bersih, buang air sisanya dan masukkan kain yang berisi daphnia tadi ke dalam air bersih, karantina 1 hari dulu baru bisa diberikan kepada larva maupun ikan yang di pelihara, cara pemberiannya dapat menggunakan saringan teh, ambil daphnia dari tempat karantina dan berikan secukupnya.
Kalau ingin lebih aman lagi bisa dicoba untuk mengkulturkanya sendiri, alat dan bahan yang diperlukan berupa, jerami atau batang pisang yang sudah kering, pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering, air tawar, aerator dan selang aerator, bibit kutu air yang bisa didapat dari tempat penjual pakan ikan maupun dicari sendiri di kolam, atau sawah yang masih ada airnya, dan tentu saja pengkulturan di perlukan wadah sebagai media utama, dapat berupa, ember plastik, bak fiber, dan kolam semen.
Caranya isi wadah yang di tentukan dengan air tawar secukupnya, masukkan pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan kurang lebih 2 cm, tunggu hingga mengendap di dasar, lalu masukkan potongan jerami atau batang pisang yang sudah kering, pilih salah satu, hidupkan aerator dan aerasi media sampai air berwarna kekuningan, bisa memakan waktu kurang lebih 2 mingguan, kalau air sudah berwarna kekuningan masukkan bibit daphnia yang ingin dikultur, kurang lebih 1 sendok teh, dalam hal ini saya menggunakan bak fiber berukuran 1 x 2 m, dengan ketinggian air kurang lebih 12 cm, jika menggunakan wadah lain yang lebih kecil bisa dikurangi bibit daphnia yang akan dikulturkan, dan sesuaikan pula ketinggian air, setelah bibit daphnia dimasukkan, matikan aerasi, dan biarkan daphnia melakukan tugasnya yaitu menyaring air dan makan serta berkembang biak, wadah untuk media kultur bisa ditutup dengan triplek 1/2 bagian, tetapi kalau lingkungan media berada pada tempat yang teduh, bisa juga dibiarkan terbuka, tunggu hingga kurang lebih 15 hari, kalau tidak ada hal yang menjadi penghalang biasanya daphnia sudah beranak pinak, kalau berhasil dan ingin meneruskan rantai kultur, lakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah diencerkan ke dalam tempat atau wadah untuk kultur setiap 1 minggu sekali.

Jumat, 30 September 2011

PAKAN BERGIZI DARI LIMBAH TERNAK


Artikel 1.


Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Organik



Budidaya Ikan Lele
Peluang usaha budidaya ikan lele masih terbuka lebar bagi anda yang berminat menekuninya, banyak yang sudah sukses dalam usaha budidaya ikan lelke, akan tetapi tidak sedikit pula yang gulung tikar karena harga pakan yang mahal.
Tapi ada cara lain untuk budidaya ikan lele yang lebih hemat biaya, yaitu dengan menggunakan “ kotoran Sapi “ sebagai pakan. Cara ini ternyata sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele dan rasanya pun lebih gurih daripada ikan lele yang diberi pakan sentrat.
Cara ini sangat populer di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Dengan memberi pakan ikan lele secara Organik maka seakan lele hidup di alam bebas, dimana hidupnya dari makan bahan2 organik.
Tentu ini sangat baik jika anda barengi dengan ternak Sapi. Sebab anda bisa menggunakan kotorannya sebagai pakan ikan lele anda. Namun anda juga bias mencarinya di sekitar anda.
Hasil panen dari Budidaya ikan lele Organik dengan ikan lele non organik sangatlah berbeda. Ikan lele organic hasilnya bisa lebih panjang   20 – 35 cm. Warnanya juga berbeda, ikan lele organic biasanya warnanya agak kemerah-merahan terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan ikan lele non organic warnanya agak kehitam-hitaman.
Keuletan dan kesabaran sangat di butuhkan dalam budidaya ikan lele organic. Sebab akan melalui beberapa proses.
Pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup. Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter.
Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter.
Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. “Menghemat biaya dan tenaga “.
Ikan Lele masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. “Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia”. Sementara ditilik dari segi gizi, Ikan lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Semoga Bermanfaat.

============================================

Artikel 2.


Ikan yang berkumis dan licin serta gesit (ikan lele), banyak menarik perhatian banyak orang untuk membudidayakannya. Saat ini stok lele sangat jauh dari mencukupi, permintaan pasar akan ikan lele sangat banyak sedang produksi lele masih kurang. Sudah banyak yang berkolam ikan lele tetapi banyak di antara mereka yang berguguran, sehingga ikan lele di pasar masih terus kekurangan. 

Tentu banyak faktor penyebab banyaknya pengolam yang berguguran. Di antaranya, kurangnya pengetahuan akan teknik berkolam lele, tidak bisa membuat pakan alternatif sederhana untuk ikan lele, terlalu tergantung dari pakan ikan pabrik yang harganya tinggi, tidak bisa memanfaatkan potensi alam sekitar yang sangat banyak untuk meningkatkan produksi ikan lele dengan meminimkan ketergantungan pakan pabrik dan digantikan dengan pakan yang ada di sekitar lingkungan.

Salah satu cara untuk meningkatkan income dari kolam lele adalah dengan memanfaatkan limbah ternak lain seperti kambing, sapi dan ayam. Tentu ini diperlukan sedikit ilmu bagaimana teknik agar limbah ternak itu bisa digunakan sebagai pakan ikan lele.

Untuk membuat pakan ikan lele dari limbah ternak dan teknik pemberiannya dengan memanfaatkan bakteri tertentu yang biasa disebut sebagai bakteri probiotik. Bakteri Probiotik ini digunakan untuk mengolah kotoran ternak sehingga terjadi proses fermentasi dimana dalam proses ini akan mengakibatkan panas yang akan membunuh bakteri lain yang tidak berguna sehingga limbah ternak tersebut aman untuk dikonsumsi ikan lele.

Teknik pemberiannya adalah dengan memasukkan limbah hasil fermentasi ke dalam kolam setelah ikan berumur 20 hari serta diberikan sebagai tambahan sewaktu memberi makan ikan. Maksudnya sewaktu memberi makanan ikan dengan pelet (pakan pabrik) kemudian diikuti dengan pakan limbah ternak hasil fermentasi. Maka ikan lele akan tumbuh lebih cepat, sehat dan daging ikan lele lebih padat sehingga rasa ikan lele seperti ikan lele sungai. Dengan teknik ini untuk satu kolam isi 10.000 ikan cukup diberikan 10 sak pakan pelet sampai panen, tentu ini sangat membantu meminimalkan penggunaan pakan pabrik, dan income akan jauh meningkat. Selain itu Anda bisa menghemat penggunaan air.


Rumen Sapi
Isi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena isi rumen disamping merupakan bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen yang merupakan sumber vitamin B.

Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar (24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor (0,29%) dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%), serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%) (Suhermiyati, 1984). Widodo (2002) menyatakan zat makanan yang terkandung dalam rumen meliputi protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%, abu 18,54% dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat yang terkandung didalamnya maka isi rumen dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur ransum berbagai ternak.

Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tillman, 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik, (e) bakteri/mikroba proteolitik Sutrisno dkk, 1994)

Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba proteolitik 2,5 x 10 pangkat 9 sel/gram isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10 pangkat 4 sel/gram isi rumen, amilolitik 4,9 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba pembentuk asam 5,6 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba lipolitik 2,1 x 10 pangkat 10 sel/gram isi dan fungi lipolitik 1,7 x 10 pangkat 3 sel/gram isi (Sutrisno dkk, 1994). Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan proein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B.
Berdasarkan hasil penelitian Sanjaya (1995), penggunaan isi rumen sapi sampai 12% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging

ABOUT THE AUTHOR
YUDI : Seorang Manusia yang selalu ingin menjadi lebih baik

========================================================

Artikel 3.

REVOLUSI HIJAU KEDUA

Diringkas oleh FIRMANSYAH
NIM:41610010002
TEKNIK INDUSTRI UMB
REVOLUSI HIJAU KEDUA
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebutkan bahwa kebutuhan
beras secara global pada tahun 2025 akan mencapai 800 juta ton. Namun
kemampuan produksi kurang dari 600 juta ton. Kenyataan ini disadari sebagai
sebuah jurang antara produksi dan konsumsi yang harus diatasi. Cara pengatasan
yang dilontarkan adalah peningkatan produksi beras dengan penerapan Revolusi
Hijau Kedua. (G. Kriswanta, 2006).
Kalau benar revolusi hijau kedua akan dapat mengatasi persoalan, tentu
penerapannya harus lebih super hati-hati dan bijaksana. Jangan sampai justru
semakin menambah keterpurukan petani masuk ke dalam jurang kemiskinan
yang lebih akut. Pada tahun 2005 saja terdapat 38 juta atau 16% dari penduduk
Indonesia yang miskin dan 68% dari 38 juta orang miskin ada pada sektor
pertanian. Maka pada tahun 2006 ini masih dapat dikatakan secara umum bahwa
orang miskin di Indonesia adalah petani.
Bahaya Revolusi Kedua
Kemiskinan petani merupakan akibat dari serentetan peristiwa pada zaman Orde
Baru dengan adanya program swasembada pangan melalui penerapan teknologi
baru yang disebut Revolusi Hijau (RH). Swasembada pangan dimaksudkan agar
petani mampu menyediakan keragaman jenis bahan makanan (diversifikasi pangan).
Akan tetapi, dalam praktiknya swasembada pangan menjadi swasembada beras, dan
keragaman menjadi keseragaman. Peningkatan hasil padi dapat diraih dengan
menanam jenis padi bibit unggul hasil teknologi RH. Salah satu jenisnya adalah IR
(Institute Rice), yang merupakan hasil persilangan antara padi berumur pendek dan
berperanakan banyak, sehingga jenis IR bisa menghasilkan padi berlipat ganda
hanya dalam jangka waktu 3 bulan.
Kembali ke Pertanian Organik
Persoalan pokok mengapa pertanian ditinggalkan terletak pada daya tarik
penghargaan jerih payah petani. Seharusnya petani Indonesia itu kaya kalau
pemerintah bisa menentukan standar harga nasional untuk semua jenis hasil
pertanian baik sayur-mayur, kedelai, kacang tanah, padi, maupun hasil pertanian
lainnya. Dengan harga yang pasti dan seimbang dengan produk pada sektor lain,
para petani bisa memperkirakan pendapatannya sehingga bisa memperkirakan juga
uang tabungan serta kepentingan lain seperti kesehatan. Penghargaan terhadap
hasil bumi terutama hasil pertanian akan menjadikan para petani bangga akan hasil
panennya, mereka juga tidak akan mengalami kesulitan mencari generasi petani.
Para petani pun tidak akan merasa malu dengan harga dirinya sebagai petani,
karena konsumen akan menghargai jerih payah petani sebagaimana mestinya.
Selain sistem pertanian organik dikenal pula sistem pertanian terpadu. Terdapat
dua model sistem pertanian terpadu (integrated agriculture management), yaitu
semua pertanian terpadu konversional dna sistem pertanian terpadu dengan
teknologi EM (effective micro organisme). Sistem pertanian terpadu
konvensional misalnya tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan
(longyam) dimana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan,
atau tumpang sari antara tanaman palawijaya dan peternakan, dimana sisa-sisa
tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak
digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek
pertanian terpadu konvesional ini belum tentu merupakan siklus yang
berkelanjutan, karena hanya mengandalkan proses dekomposisi biomassa
alamiah yang berlangsung sangat lambat. Oleh karena itu, diperlukan sentuhan
teknologi yang mampu mempercepat proses pembusukan dan penguraian
bahan-bahan organik menjadi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman atau
hewan. Konsep pertanian lainnya yang memperhatikan sistem pengelolaan
lingkungan berkelanjutan ialah sistem pertanian masukan luar rendah. Dalam
hal ini pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk melengkapi
unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumberdaya
biologi, fisik dan manusia. Dalam pemanfaatan input luar, perhatian utama
diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimilisasi kerusakan lingkungan.

=============================================

Artikel 4.



Pakan Bergizi dari Limbah Ternak


Pemanfaatan kotoran sapi bukan lagi terbatas untuk pupuk. Dengan modifikasi makanan sapi, kotoran yang dihasilkan bisa jadi bah.an baku pakan ikan dan unggas.
Ferdinand
SELAIN sebagai pupuk, kotoran sapi nyatanya bisa pula dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pakan ikan dan unggas. Yang satu ini boleh jadi belum banyak yang tahu, karena memang masih terbilang baru.
Itulah yang kini sedang dikembangkan Soelaiman Budi Sunarto, pendiri usaha rekayasa teknologi pertanian, Agromak-mur, di Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Ide tersebut muncul empat bulan lalu, berawal dari keinginannya untuk meningkatkan nilai ekonomis kotoran sapi. Kebetulan, Soelaiman memiliki tiga sapi.
Selama ini, kotoran binatang itu digunakan sebagai bahan membuat biogas dan ampasnya dijadikan pupuk.
Namun, sejak dirinya beralih menggunakan sekam padi yang nilai jual pupuk organiknya lebih tinggi, kotoran sapi itu menjadi kurang termanfaatkan.
Padahal dalam sehari, satu ekor sapi bisa menghasilkan 20 kilogram kotoran. Kalau nga ekor sapi, berarti setiap harinya ada 60 kilogram kotoran yang menumpuk di kandang.
"Setelah berhari-hari berpikir, muncul ide dijadikan pakan ikan saja. Apalagi harga pakan yang dihasilkan pabrik terbilang mahal," katanya saat ditemui di tempat usahanya yang berhawa sejuk, Selasa (22/2).
Ide tersebut segera direalisasikan. Kotoran sapi mulai dikumpulkan. Namun, tidak sembarangan. Kotoran yangv-. ,fi -,
digunakan harus yang padat dan tidak berbau. "Kalau tidak padat, tidak bisa mengapung, sedangkan kalau masih bau kotoran, ikan tidak mau," ujar pria yang meraih penghargaan inovator bergengsi dari Menteri Negara Riset dan Teknologi 2009 itu.
Untuk menghasilkan kotoran seperti itu, memang harus dilakukan perubahan sumber makanan. Sapi diberi pakan jerami yang telah dikeringkan selama satu minggu. Selain itu, diberi minum hanya dua kali sehari, masing-masing satu ember dengan campuran bakteri pengurai yang diambil dari rumen (perut besar sapi).
Bakteri pengurai itu bisa diambil dari rumen sapi yangtelah mati dari rumah pemotongan atau dari sapi yang masih hidup. Untuk cara yang kedua ini, perut sapi dilubangi atau dibuatkan fistula.
Cara kedua itulah yang digunakan Soelaiman. Selain bakteri pengurai bisa diambil setiap saat, sapi yang digunakan tetap hidup secara normal. Setiap hari, Soelaiman mengambilsepertiga isi rumen. Jumlah tersebut dapat menghasilkan tiga liter air yang mengandung jutaan bakteri.
Kotoran sapi itu kemudian dikeringkan dan dicampur dengan sumber nutrisi tambahan, seperti bekatul atau kulit ari beras, tetes tebu atau air kelapa, ikan asin, serta tepung tapioka.
Soelaiman telah menggunakan pakan kotoran sapi ini untuk usaha perikanannya sendiri. Ikan-ikan lele yang berada di kolam miliknya dikatakan lebih cepat besar ketimbang ikan yang diberi pakan buatan pabrik.
Jika menggunakan pakan produksi pabrik, membutuhkan waktu paling tidak tigahingga empat bulan. Kini, Soelaiman hanya butuh dua bulan untuk mencapai panen.
Digabungkan dengan biogas
Soelaiman mengatakan penyelamatan lingkungan akan lebih besar jika digabungkan dengan produksi biogas. Sebelum dijadikan pakan, kotoran sapi dimanfaatkan dulu sebagai sumber biogas.
Memang, kotoran sapi telah diketahui banyak mengandung gas metana yang ikut menghasilkan efek rumah kaca. Menurut lembaga antariksa Amerika Serikat (AS) NASA, gas metana ini bahkan lebih aktif ketimbang karbon dioksida.
Jumlah gas metana di udara semakin meningkat dengan pertumbuhan industri peternakan. Badan perlindungan lingkungan AS, EPA, menyebutkan usaha peternakan menghasilkan 5,5 juta metrik ton metana per tahun atau mencapai 20% dari produksi metana negara tersebut.
Soelaiman mengatakan kandungan nutrisi tidak akan berubah jika kotoran sapi dimanfaatkan dulu untuk biogas. Bahkan sebenarnya peternak bisa mendapat untung ganda karena sekaligus mendapatkan energi yang bisa dimanfaatkan untuk kompor ataupun penerangan.
Saat ini, pakan dari kotoran sapi sudah mulai dikenalkan Soelaiman kepada para peternak sapi di sekitar tempat usahanya.
Berikut juga usaha pemanfaatan biogas. Soelaiman berharap para peternak sapi bukan hanya bisa mencegah dampak buruk lingkungan dari kegiatan mereka, tapi juga menambah penghasilan.
"Saya ingin temuan-temuan seperti ini bermanfaat secara luas oleh masyarakat. Saya tidak pernah mematenkan temuan saya. Siapa saja bebas untuk menggunakannya," kata inovator yang telah menghasilkan 30 karya itu. (M-6) .miweekend@ mediaindonesia.com