Minggu, 18 September 2011

BUDIDAYA LELE DI AIR PAYAU


Mudahnya Pendederan Lele Air Payau

Lele air payau mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit. Kelangsungan hidupnya mencapai 80 persen sehingga  omzet penjualan meningkat.
Sebagai salah satu komoditas unggulan air tawar, lele banyak dibudidayakan masyarakat. Budidaya lele dari pembenihan hingga pembesaran marak dilakukan pada berbagai media seperti kolam tanah, kolam beton, dan kolam terpal dengan sumber pengairan utama dari air tawar.
Namun, para pendeder di Desa Legon Wetan, Kec. Legon Kulon, Kab. Subang, Jabar, mendederkan benih lele dengan sumber pengairan dari air payau. “Sebenarnya air tawar tetapi rasanya agak payau karena wilayahnya memang payau,” ucap H. Carwadi, salah satu pembudidaya sukses dengan komoditas lele dan bandeng di Legon Wetan.
Legon Wetan, daerah pesisir di utara Subang yang terjalin dalam rangkaian wilayah pesisir Pantai Utara Jawa. Lokasi kolam pembenihan milik Carwadi terletak sekitar 50 m dari tambak bandeng yang berdampingan dengan laut. Kolam pendederan yang digunakan berupa kolam tanah seluas 300 m2. Tanahnya berpasir dan berlumpur.
Daya Tahan Tinggi
Awalnya, usaha Carwadi hanya di segmen pembesaran lele dan bandeng. Namun setahun ini, ia merambah ke pendederan lele. Lele didederkan dari benih ukuran 2-3 cm dan dipanen pada 5-7 cm dan 7-9 cm untuk pembesaran.
Sebelum mendederkan sendiri, Carwadi membeli oslah (benih siap tebar untuk pembesaran) dari berbagai wilayah di sekitar utara Subang (Pesisir) dan selatan Subang (pegunungan). Lele yang digunakan jenis lele dumbo.
Menggunakan oslah dari wilayah berbeda membuka mata Carwadi akan kualitas oslah yang dihasilkan. “Benih dari wilayah yang sama (utara Subang) pertumbuhannya lebih cepat. Beda dengan yang dari daerah lain,” ujarnya. Pria kelahiran Subang, 3 November 1975 ini menuturkan, pertumbuhan oslah dari wilayah pesisir sudah terlihat dalam waktu seminggu. Daya tahan terhadap penyakit dan cuaca tinggi. “Perpindahan dari air payau ke air tawar malah lebih bagus perkembangannya, ikan lebih kuat dalam pengangkutan (distribusi), ikan tidak stres karena sebelumnya sudah beradaptasi saat pendederan,” terangnya.
Carwadi membuktikan langsung setelah aktif mendederkan sendiri. Lele air payau lebih tahan penyakit dan serangan cuaca, gerakannya lincah, lebih kuat saat pembesaran, pertumbuhannya cepat, dan warnanya lebih hitam pekat dibandingkan benih lele di air tawar.
Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro, Semarang, Jateng, ini menambahkan, kadar garam dalam air payau justru menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri penyebab penyakit sehingga ikan lebih sehat. Karena penyakit berkurang, peluang hidup lele meningkat. “Saat cuaca bagus, Survival Rate (SR)-nya mencapai 80%. Sekarang ini sedang tidak bagus karena kemarau, SR-nya 40%,” papar Carwadi. Bahkan, lanjutnya, saat cuaca tidak mendukung, SR anjlok hanya 25%.
Penurunan SR yang tajam ketika musim kemarau disebabkan perbedaan suhu udara siang dan malam hari. “Siang hari udara panas, sedangkan malam hari berubah dingin, ikan stres, daya tahan tubuh berkurang,” ujarnya.
Titik Kritis
Siklus pendederan lele air payau selama 25-30 hari. Bila cuaca normal, oslah dipanen dalam 25 hari, sedangkan musim kemarau selama 30 hari. Titik kritis pendederan lele air payau terjadi di awal pendederan. “Kalau satu minggu awal benih kelihatan aktif makan, mulus panennya,” ujar Carwadi.
Agar benih berkualitas baik, ia mengolah air dengan pupuk, probiotik, obat-obatan, dan vitamin. Setelah panen, kolam dikuras, diberi pupuk, dan didiamkan seminggu sebelum ditebar benih. Probiotik diaplikasikan tiga kali, yaitu dua hari sebelum benih ditanam, dua minggu dan tiga minggu setelah benih ditebar.
Ayah dua anak ini menambahkan pestisida sebelum benih ditebar untuk membunuh serangga pengganggu. Sedangkan untuk mengobati luka memar akibat gesekan, ia menggunakan metilen blue guna mencegah luka mendalam karena cendawan. Sementara itu, vitamin diberikan seminggu sekali selama masa pemeliharaan. Menghadapi cuaca buruk, katanya, vitamin diberikan dua hari sekali untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Kolam lele dilengkapi ikatan tali memanjang di bagian tengah untuk mencegah serangan kelelawar yang suka memakan benih. Kelelawar akan tersangkut di tali saat berusaha menyerang.
Omzet Tinggi
Pendederan lele tidak memerlukan banyak pakan. Carwadi hanya memberikan pakan buatan. Menurutnya, lele dapat mencapai konversi pakan (feed conversion ratio-FCR) 1 Artinya, dibutuhkan 1 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg daging. Jika cuaca panas, FCR mencapai 1,3. Ia menghabiskan 360 kg pakan per musim per kolam. Dia memiliki 15 kolam pendederan lele, yaitu 10 kolam air payau dan 5 kolam air tawar.
Padat tebar benih 300 ribu ekor per kolam atau 1.000 ekor per m2. Mei lalu, Carwadi panen 450 ribu ekor dari empat kolam. Separuh hasil panen untuk memenuhi kolam pembesaran, sisanya dijual ke bandar. Harga jual oslah sebesar Rp110 per ekor ukuran 5-7cm dan Rp130 per ekor ukuran 7-9 cm. Hitung-hitung omzetnya Rp5,9 juta, cukup tinggi dicapai dalam satu bulan.
Windi Listianingsih, Renda Diennazola.

2 komentar:

Bisa bagi kontak whatssapp mas? Mau belajar lebih jauh lagi.. 🙏🙏🙏

Posting Komentar