Ikan lele merupakan ikan yang sangat mudah untuk dipelihara. Pakan pun sangat mudah didapat, bisa dari sisa-sisa nasi dan ampas tahu. Namun bila dipelihara sekitar 25 balong (1 balong 3000-4000 ekor) cukup merepotkan. Banyaknya pakan yang diberikan kepada ikan lele mengganggu pertumbuhan ikan. Bahkan ikan terinfeksi penyakit kudis atau borok.
Kalau tidak cepat ditangani, banyak ikan yang mati. Karena itu, Eddy Sofyan (45) seorang peternak ikan lele dari Desa Karang Lemah Abang Bekasi secara khusus mengundang tim PT Songgolangit Persada Cabang Jakarta untuk menangani dan memberi solusi terbaik dalam mengaplikasikan EM4.
Pada analisis awal, ikan lele milik Eddy mengalami keracunan air yang mengandung amoniak, CO2, H2S dan gas berbahaya lain sehingga harus diberikan EM4. Karena EM4 bisa mengatasi pencemaran air akibat akumulasi limbah organik. Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang berpengaruh positif, diinokulasikan dalam dasar balong. Untuk meningkatkan kualitas air balong, EM4 merubah proses pembusukan jadi proses fermentasi.
Keuntungan lain menggunakan teknologi EM4 yang dialami Eddy adalah, meningkatkan daya tahan,dan kesehatan ikan, memfermentasikan sisa pakan, kotoran yang terdapat di dasar balong, juga menguraikan gas amoniak, methan dan hidrogen sulfida yang dapat mengganggu kehidupan ikan. EM4 juga mampu meningkatkan oksigen terlarut (DO) sehingga air menjadi bersih dan tidak diperlukan penggantian berulang-ulang karena kualitas air tetap terjaga serta aman bagi lingkungan. Untuk mendongkrak produksi ikan lele, syaratnya air harus bagus dan terhindar dari pencemaran. Sementara mengatasi pencemaran air sendiri kuncinya hanya dengan teknologi EM4.
Kemerosotan kualitas air yang disebabkan limbah merupakan masalah utama yang sering dihadapi para peternak. Limbah-limbah tersebut akan menimbulkan gas-gas beracun yang menyebabkan terjangkitnya penyakit ikan karena mengalami stress. Limbah tersebut juga mengakibatkan produksi akan merosot dan menimbulkan kematian. Karena dengan sosialisasi dan aplikasi EM4, kini Eddy mantap memakai teknologi ini. ”Mudah-mudahan produksi kali ini lebih meningkat,”katanya.
Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organic. Bahan organic tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bias diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan.
Teknologi EM di Indonesia telah dimasyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun 1990 sampai 1993. Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada walnya diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, Merupakan lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan rendah
1. Apakah yang dimaksud dengan Effective Microorganisms (EM)?
EM merupakan kultur campuran dari microorganisms yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan kergaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
2. Dari manakah konsep dan teknologi EM berasal?
Teknologi, konsep penerapan EM dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam oleh Prof. Dr. Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala luas, EM telah diterapkan oleh petani organic di Jepang, Thailand, Brazil, Amerika Serikat, Indonesia, Philiphina, Srilangka, Cina, Korea Selatan, Taiwan, India, Perancis, Malaysia, New Zealand, Laos, Myanmar,, dll. Dari tahun 1989 sampai saat ini, pengembangan teknolgi EM masih terus dilakukan.
3. Apakah EM hanya diterapkan pada tanah dan tanaman saja?
Disamping diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah, memperbaiki tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang, disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada limbah ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk memperbaiki mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak menjadi meningkat.
4. Apakah mikroorganisme yang terkandung di dalam formula EM merupakan mokroorganisme asing?
Tidak. Kultur EM tidak mengandung suatu mikroorganisme asing. EM terbuat dari kultur campuran spesies mikroorganisme alami yang terdapat dalam lingkungan alam dimanapun. Mikroorganisme EM bukan hasil rekayasa genetik. Mikroorganisme yang terdapat di EM yang dipasarkan di Indonesia, adalah jenis mikroorganisme alami yang ada/hidup di Indonesia.
5. Jika kultur EM mengandung mikrrorganisme yang terdapat di alam, apakah keuntungan menggunakan EM?
Prof. Dr. Teruo Higa telah menekuni penelitiannya untuk mengisolasi dan menyeleksi berbagai mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi tanah dan tanaman. Beliau telah menemukan mikroorganisme yang dapat hidup bersama dalam kultur campuran dan secara fisiologis mempunyai kecocokan di antara mikroorganisme tersebut. Sewaktu kultur campuran tersebut diperkenalkan pada setiap individu, mikroorganisme secara cepat bertambah dalam aksi sinergistik (saling menunjang).
6. Jenis mikroorganisme apakah yang terkandung di dalam EM dan bagaimana fungsinya?
Mikroorganisme yang terdapat di dalam EM terdiri dari: Lactobacillus (bakteri asam laktat), bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Strepmyces sp, dan ragi. EM meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi terhadap tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
7. Bagaimana cara kerja EM?
Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat
(a) menekan pertumbuhan patogen tanah,
(b) mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik,
(c) meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman,
(d) meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti ;Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll.
(e) Memfiksasi nitrogen,
(f) Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
Dengan cara tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman sejenissecara terus menerus (continuous cropping). EM memfermentasikan sisa-sisa pakan dan kulit udang/ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas beracun (metan, dan H2S, Mercaptan, dll) dan panas pada tanah dasar tambak menjadi hilang, untuk selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan cara yang sama EM juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga nafsu makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi sehat.
8. Sewaktu bahan organik dimasukkan ke dalam tanah, apakah mikroorganisme yang terkandung di dalam EM secara alami juga terdapat/hidup di dalam tanah?
Ya. Umumnya limbah organik, termasuk kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos, mempunyai populasi mikroorganisme aslinya. Beberapa diantaranya menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dan ada juga yang merugikan. Akan tetapi sewaktu limbah organik dimasukkan ke dalam tanah, mikroorganisme yang merugikan secara cepat menyebar dan menjadi dominan di dalam tanah. Oleh karena itu, mikroorganisme yang menguntungkan yang terdapat di dalam bahan organik biasanya hidup dalam jangka waktu yang pendek.
9. Apakah EM juga mengalami hidup dalam jangka waktu yang pendek/stress/mati setelah diaplikasikan pada lingkungan tanah?
Ya, pada beberapa taraf tertentu. Akan tetapi keuntungan menggunakan EM adalah populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah lebih besar daripada populasi mikroorganisme yang merugikan. Jika limbah organik tersedia, EM menjadi dominan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lebih lama.
10. Bagaimanakah cara memperpanjang efektivitas EM di dalam tanah?
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa pemberian EM sebanyak 4 kali pada tanaman setahun, contohnya padi, sayur, palawija, dll. Dari minggu pertama sampai menggu keenam, dalam interval waktu 7-10 hari, dapat memperpanjang efektivitas EM. Pada tanaman tahunan, seperti karet, kopi, panili, anggur, dll, EM diaplikasikan secara kontinyu dalam interval waktu 3-4 minggu. Hal tersebut dapat menjamin populasi EM yang tinggi di dalam tanah sampai tanaman melewati periode kritis akibat stres lingkungan (kekeringan, kepanasan, gulma, patogen). Dalam periode kritis tersebut, tanaman paling banyak kehilangan kemampuan produksinya. Akan tetapi, dengan perlakuan EM, tanaman akan melewati periode kritis dengan baik, penampakan tanaman menjadi tegar, sehat dan tahan terhadap stres lingkungan. Kombinasi perlakuan EM dan pupuk organic (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dll) akan mempercepat perkembangan populasi EM di dalam tanah, sehingga efektivitasnyapun meningkat.
11. Apakah penambahan bahan organik ke dalam tanah merupakan suatu hal yang mutlak?
Ya. Penambahan bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos atau sisa-sisa tanaman) ke dalam tanah sangatlah diperlukan untuk kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Bahan organik di dalam tanah difermentasi oleh EM, hasil fermentasi tersebut berupa gula alkohol, asam laktat, asam amino, dan senyawa organik lainnya, yang dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman melalui proses osmose.
12. Berapa jumlah bahan organik yang harus dimasukkan ke dalam tanah dan kapan saat pemberiannya yang tepat?
Bahan organik dicampur ke dalam tanah sebanyak 1-10 ton per hektar. Pada tanaman setahun, bahan organik di campurkan pada saat 1 minggu sebelum tanam, sedangkan pada tanaman tahunan, bahan organik diberikan setiap 3 bulan sekali.
13. Bagaimana cara mengumpulkan bahan organik sejumlah tersebut?
Umumnya petani tidak memperhatikan pentingnya bahan organic dalam meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik dalam pertanian di Negara berkembang sangatlah berlimpah dan mudah didapat, misalny jerami, sekam, sampah pasar, sisa-sisa tanaman, serasah, kotoran hewan, dll. Akan tetapi mudah didapat merupakan bahan organik yang paling baik digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah karena biayanya murah.
14. Apakah EM hanya diaplikasikan pada tanah saja?
Tidak. Disamping pada tanah, EM juga dapat diaplikasikan pada seluruh permukaan tubuh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan EM pada permukaan daun dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman dan menekan pertumbuhan patogen yang terdapat pada permukaan tanaman.
15. Berapa konsentrasi dan dosis EM yang tepat sewaktu diaplikasikan pada tanah atau permukaan tanaman?
EM dicampurkan dalam air pada konsentrasi 3-10:1000, dengan dosis 8-10 liter per ha per musim tanam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada permukaan tanaman atau disiramkan pada permukaan tanah, atau bersama-sama dialirkan dalam pengairan.
16. Tidakkah EM merusak lingkungan jika diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu?
Tidak. EM tidak merusak lingkungan walaupun diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu, karena EM bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alami sudah terdapat di dalam tanah. Populasi EM di alam akan diseimbangkan sesuai dengan lingkungan (bahan organik, air, suhu, O2, dll) yang tersedia di dalam tanah.
17. Dapatkah EM meningkatkan kualitas limbah organik, sampah, atau limbah organik pada industri?
Ya. EM telah digunakan secara efektif untuk menanggulangi masalh bau limbah pertanian, sampah kota, hotel, restoran dan rumah tangga, serta limbah organik industri, untuk menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan dengan mempercepat proses penguraian limbah organik tersebut. EM juga digunakan untuk mempercepat proses pengomposan (Bokashi).
18. Apakah EM efektif diaplikasikan terhadap seluruh tanaman dan tanah?
Ya. Penelitian tentang EM telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dan tanah dalam kondisi agroekologi yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukkan bahwa EM memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.
19. Dapatkah teknologi EM dipertimbangkan sebagai pengganti praktek manajemen pertanian lainnya?
Tidak. EM bukan merupakan pengganti praktek manajemen pertanian lainnya. Teknologi EM merupakan dimensi tambahan untuk mengoptimumkan praktek manajemen tanah dan tanaman, seperti pada rotasi tanaman, penambahan bahan organic, konservasi pengolahan tanah, daur ulang limbahpertanian dan pengendalian biologi. Jika digunakan dengan tepat, EM secara nyata dapat meningkatkan hasil pertanian yang telah diterapkan. EM dapat meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, kesuburan dan produktivitas tanah, serta mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
20. Bagaimana EM dapat menekan pertumbuhan serangga hama?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EM dapat memfermentasikan bahan organic yang terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino, dan senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang barbau busuk. Serangga hama tidak tertarik untuk bertelur atau mentaskan telurnya di dalam kondisi tanah tersebut. Akhirnya siklus hidup serangga di dalam tanah dan tanaman menjadi terputus dan tingkat serangan hama menjadi menurun.
21. Apakah EM juga dapat menekan pertumbuhan nematode parasit tanaman?
Ya. Hasil fermentasi bahan organik tanah menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan jamur pemangsa nematode (nematode trapping fungi), yang dapat menurunkan populasi nematode parasit tanaman di dalam tanah.
22. Jika EM dapat mengendalikan serangga hama, nematode dan penyakit tanaman, apakah EM merupakan pestisida?
Tidak. EM bukan merupakan pestisida dan tidak mengandung bahan kimia. EM merupakan mikroorganisme inokulan yang diperkenalkan pada tanah dan tanaman yang berfungsi sebagai pengendali biologis dalam menekan/mengendalikan hama atau penyakit tanaman.
23. Apakah EM telah diterapkan di pertanian Indonesia?
Teknologi EM telah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1990. Pengenalan Teknologi EM dilakukan bekerja sama dengan pusat-pusat pelatihan pertanian swadaya, kontak tani dan kelompok-kelompok tani. Penerapannya dilakukan oleh petani, peternak (ayam, babi, sapi) dan nelayan (udang dan ikan). Dari hasil pengamatan di lapangan, serta hasil percobaan yang telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1990, membuktikan bahwa EM mampu beradaptasi dan memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, ternak, udang dan ikan.
24. Apa fungsi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat dan etanol?
Merupakan senyawa organik yang dapat melarutkan ion-ion (unsur hara) di dalam tanah. Terlarutnya ion-ion tersebut menjadikannya mudah terserap oleh tanaman. Lain halnya dengan proses pembusukan bahan organik, ion-ion yang dilepaskan dari proses pembusukan tidakdalam bentuk terlarut akan tetapi masih terikat denga molekul-molekul /ion-ion lainnya, teritama golongan logam berat. Disini jelaslah perbedaan hasil dari proses pembusukan dengan fermentasi.
25. Bagaimanakah reaksi-reaksi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat dan alkohol, sehingga dapat diserap oleh tanaman dan berpengaruh pada tanah?
Senyawa organik yang dilepaskan dari hasil fermentasi bersifat stabil, tidak mudah menjadi reaksi oksidasi maupun reduksi, yang terkenal dengan istilah kondisi antioksidasi (antioxidative condition) dan senyawa anti oksidasi tersebut dikenal dengan istilah antiosidan. Sebaliknya, ion-ion yang dihasilkan dari proses pembusukan berada dalam kondisi oksidasi atau reduksi, yang dikenal dengan istilah kondisi oksidasi (Oxidative condition). Ion oksidasi tersebut sangat labil dan sukar tersedia bagi tanaman. Senyawa antioksidan mengandung ion yang stabil, tidak mudah bereaksi, sehingga mudah diserap oleh perakaran tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi subur.
26. Mengapa di dalam tanah yang terfermentasi oleh EM, Hama tidak tertarik untuk bertelur?
Karena di dalam tanah yang terfermentasi tidak melepaskan panas dan bau busuk. Secara naluriah, serangga tidak mau bertelur di dalam tanah tersebut, karena siklus hidup serangga (telur, larva, serangga) menjadi terputus. Ledakan hama selalu terjadi pada tanah yang mengalami proses pembusukan (putrefactive soil), bukan dalam tanah yang terfermentasi (fermentative soil). Pada tanah yang sering diberi perlakuan pupuk kimia dan pestisida, cenderung menjadi tanah pembusuk. Sebaliknya tanah yang sering diberi bahan organik pupuk kandang/kompos, cenderung menjadi tanah fermentatif. Inokulasi EM menunjang kondisi tanah menjadi tanah zymogenic (fermentative).
27. Mengapa penyemprotan EM dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman?
Karena EM menekan pertumbuhan patogen yang hidup pada permukaan daun, sehingga jumlah klorofil daun menjadi meningkat. Disamping itu, melalui proses reaksi biokimia, EM melepaskan enzim-enzim yang mendukung berlangsungnya foto sintesa di daun.
28. Fungsi dari masing-masing organisme tersebut baik pada tanaman maupun pada tanah?
EM terdiri dari 5 (lima) jenis mikroorganisme utama, yaitu bakteri fotosintetik, ragi, Lactobacillus, Actinomycetes dan Streptomyces, yang bekerja secara sinergis (saling menunjang) untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
(a) Bakteri fotosintetik berfungsi untuk mengikat nitrogendari udara bebas,memakan gas-gas beracun dan panas dari hasil proses pembusukan, sehingga polusi di dalam tanah menjadi berkurang.
(b) Ragi berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa-senyawa organic (dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino) yang siap diserap oleh perakaran tanaman.
(c) Lactobacillus berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.
(d) Actinomycetes dan Streptomyces berfungsi untuk menghasilkan senyawa-senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen/penyakit, serta dapat melanjutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya.
29. Apakah yang menjadi indikasi bahwa sampah organik yang telah yang telah diberi EM sudah terfermentasi?
Bahan organic yang telah terfermentasi menimbulkan aroma asam dan manis seperti bau tape dan tidak panas.
30. Apakah tanah zymogenic itu?
Tanah zymogenic adalh tanah yang banyak mengandung mikroorganisme fermentasi, seperti ragi, Lactobacillus, bakteri fotosintetik,, dll, yang dalam aktivitasnya memfermentasi bahan organic tanah.
31. Apakah dengan menggunakan EM masih perlu menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia?
Penggunaan pupuk kandang, kompos, dll, mutlak diperlukan, yang berguna sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam EM, sedangkan untuk pupuk kimia, tetap digunakan namun dosisnya dikurangi sampai dengan setengahnya untuk menekan biaya produksi.
32. Kondisi lingkungan yang bagaimanakah yang cocok untuk pengaplikasian EM?
Kondisi apapun cocok untuk aplikasi EM, asalkan terdapat bahan organik untuk media hidup dan sebagai sumber hidupnya.
33. Apakah dengan menggunakan Em masih perlu menggunakan pestisida?
Sebaiknya pestisida diterapkan dalam keadaan yang sangat mendesak, pada saat terjadi ledakan hama yang tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara lain, karena penerapan pestisida secar kontinu dengan dosis tinggi akan menurunkan populasi EM di dalam tanah.
34. Apakah EM dapat dicampurkan dengan pestisida (insektisida, fungisida, dan bakterisida)?
Tidak. Karean EM adalh mahluk hidup, yang bila dicampur dengan pestisida akan mati. Penerapan EM pada daun batang tanaman 1 (satu) mingu setelah penerapan pestisida masih dapat ditolerir. Pemberian bahan organik dan EM ke dalam tanah dapat menetralkan residu di dalam tanah.
35. Bagaimana cara membuat kompos dengan Teknolgi EM?
Kompos yang dibuat dengan teknologi disebut Bokashi. Bahan bakunya dapat terdiri baerbagi bahan organic, seperti misalnya jerami padi, pupuk kandang, dedak (padi), sekam, gula pasir, dll.
2 komentar:
info yg amat brguna, mksh
info yg lengkap dan akurat buat kmajuan pertanian dan peternakan kita.. maju terus!
Posting Komentar